Luvmelove.com – Apa itu Histrionic Personality Disorder (HPD), siapa yang lebih berisiko mengalaminya, dan bagaimana gangguan ini memengaruhi kesehatan mental perempuan secara emosional dan sosial?

Histrionic Personality Disorder (HPD) adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan kebutuhan berlebihan untuk menjadi pusat perhatian, ekspresi emosi dramatis, dan perilaku yang tidak stabil. Gangguan ini lebih sering ditemukan pada perempuan dan umumnya mulai muncul pada masa remaja hingga dewasa muda.

HPD memengaruhi cara seseorang mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga dapat menimbulkan kesulitan dalam hubungan sosial dan kesehatan mental secara umum. Perempuan dengan HPD sering menunjukkan perilaku berlebihan, seperti berpakaian mencolok, berbicara dengan nada dramatis, dan mencari afirmasi secara terus-menerus.

Perilaku ini bukan sekadar pencarian perhatian yang dangkal, melainkan respons terhadap kebutuhan emosional yang mendalam, yang sering kali tidak terpenuhi sejak masa kecil. Psikolog dan konten kreator aktif di TikTok, Zamia Safira, menjelaskan, “HPD bukan hanya soal mencari perhatian secara manipulatif, tapi lebih kepada cara seseorang mengekspresikan kebutuhan emosional yang belum terpenuhi.” Pernyataan ini menegaskan bahwa perilaku dramatis pada penderita HPD adalah bentuk adaptasi psikologis, bukan manipulasi.

Gejala HPD meliputi ketidaknyamanan saat tidak menjadi pusat perhatian, penggunaan penampilan fisik untuk menarik perhatian, serta kecenderungan bersikap genit atau provokatif. Penderita sering kesulitan mempertahankan hubungan yang stabil karena melebih-lebihkan kedekatan dengan orang lain dan mudah terpengaruh oleh orang yang dikagumi. Emosi yang tidak stabil dan perilaku impulsif menjadi ciri khas gangguan ini.

Penyebab HPD belum sepenuhnya dipahami, namun faktor genetik dan pengalaman masa kecil yang kurang mendapatkan validasi emosional diduga berperan penting. Tekanan sosial dan stereotip gender yang menilai perempuan dengan perilaku ekspresif secara negatif juga dapat memperparah kondisi ini. Dampak HPD tidak hanya terbatas pada hubungan sosial, tetapi juga berpotensi menimbulkan komplikasi kesehatan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat.

Beberapa penderita bahkan dapat mengancam atau mencoba bunuh diri sebagai bentuk ekspresi keputusasaan dan kebutuhan perhatian yang ekstrem. Penanganan HPD umumnya melibatkan psikoterapi, terutama terapi perilaku kognitif (CBT), yang bertujuan membantu penderita memahami dan mengelola emosi serta perilaku mereka. Terapi ini juga membantu membangun hubungan interpersonal yang lebih sehat dan mengurangi kebutuhan berlebihan untuk menjadi pusat perhatian.

Penting bagi perempuan untuk memahami HPD dalam konteks self-love atau mencintai diri sendiri. Dengan memahami dan menerima kondisi kesehatan mental ini, mereka dapat membangun harga diri yang sehat. Self-love membantu mereka mengalihkan fokus dari kebutuhan eksternal akan perhatian ke penerimaan diri, yang pada gilirannya mengurangi ketergantungan pada validasi orang lain dan memperkuat kesejahteraan emosional mereka.

Menghindari stigma dan diskriminasi terhadap perempuan dengan HPD sangat penting. Memahami bahwa perilaku mereka adalah bagian dari gangguan kesehatan mental yang kompleks membuka jalan bagi dukungan yang lebih empatik dan efektif. Edukasi yang tepat dan dukungan profesional menjadi kunci dalam membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.

Picture of Rachel

Rachel

Luvmelove's Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *