Luvmelove.com – Afina Syifa adalah seorang penyintas gangguan kesehatan mental bipolar dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Afina pertama kali didiagnosis mengalami gangguan bipolar pada tahun 2018, saat isu mengenai kesehatan mental masih jarang dibahas dan dianggap tabu oleh masyarakat.
Bipolar adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem. Selain itu, pada usia 7 tahun, Afina juga didiagnosis dengan ADHD, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif.
Pada masa itu stigma negatif masyarakat sangat menghantui para pengidap gangguan kesehatan mental. Hal itu membuat mereka takut untuk bercerita atau memeriksakan diri mereka ke pelayanan kesehatan jiwa karena takut dianggap gila dan dikucilkan. Begitu juga Afina yang merasa takut mendapatkan stigma negatif dan penolakan dari orang sekitarnya, termasuk orang tuanya.
Namun sebelum kedua orang tuanya menerima kenyataan bahwa ia benar-benar didiagnois bipolar oleh pisikiater, Afina bahkan dianggap mengalami gangguan spiritual dan sempat dibawa untuk menjalani ruqyah. Namun seiring berjalannya waktu, Afina mampu memberikan edukasi dan pengertian kepada ayah dan ibunya bahwa yang sedang ia alami ini merupakan gangguan kesehatan mental. Setelah memahami hal tersebut, kedua orang tua Afina terus mendukung pengobatannya dan menjadi penyemangat baginya dalam menghadapi kondisi ini.
Perjalanan Afina untuk menerima kenyataan dan juga menerima diri sendiri tentu tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan yang Afina hadapi, terlebih karena dirinya harus berkutat dengan fase depresi yang dapat muncul sewaktu-waktu hingga hidup dengan penyakit langka bernama Stevens-Johnson Syndrome. Terkadang Afina juga merasa ingin menyerah dengan keadaan sampai terpikirkan olehnya untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
“Sebenernya ada loh, titik dimana, kayanya aku harus b***h diri deh. Aku tuh inget ayat di Al-quran, janganlah b***h diri-mu, bahasanya kaya Allah itu menyayangi kamu gitu. Terus aku mikir, oh iya yah, yang di atas aja sayang sama aku, aku juga harus sayang sama aku” ujar Afina.
Proses yang panjang membuat Afina memahami bahwa ia tidak boleh menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Pada tahun 2021, Afina mulai menerima dirinya sendiri dan berdamai dengan segala kondisi yang harus ia jalani. Ia belajar bahwa cara terbaik untuk melawan gangguan bipolar adalah dengan menerima setiap emosi yang ia rasakan dan percaya pada proses pemulihan. Afina menyebut bahwa proses yang ia jalani adalah upaya untuk “memanusiakan diri sendiri,” sebuah langkah penting dalam perjalanannya untuk mencapai penerimaan dan kedamaian.
“Ketika lagi depresi aku selalu menghukum diri sendiri, selalu menyalahkan diri sendiri, itu semua udah aku lewatin. Tapi lama-lama, ketika udah dijalanin terus, depresi terus, mania terus, lama-lama tuh kebal. Aduh depresi lagi, ya udah gapapa deh bakal lewat kok. Tapi sebenernya aku lebih kaya mencoba memanusiakan diri aku sendiri” Ujar Afina.
Afina menyadari bahwa ia tidak sendiri. Banyak orang memiliki masalah kesehatan mental serupa dan membutuhkan pertolongan. Hal inilah yang mendorong Afina untuk bangkit dan mengedukasi masyarakat melalui konten-konten yang membahas kesehatan mental di media sosial, seperti Instagram, YouTube, Twitter, dan Facebook.
Kini, Afina menjadi inspirasi bagi para penyintas gangguan kesehatan mental dan diangkat sebagai duta kesehatan mental. Selain itu, ia juga sering diundang sebagai pembicara seminar di berbagai kota. Afina juga kerap menjadi narasumber di berbagai program acara yang menginspirasi.
“Apapun yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmahnya, Jadi aku ngerasa ketika aku mendapatkan bipolar itu bukan kelemahan aku, tapi di balik itu ada kelebihan aku. Jagalah kesehatan mental kalian seperti kalian menjaga kesehatan fisik kalian dan jauhi self-diagnose dan kalian harus tau bahwa kalian itu berjuangnya barengan dengan kita semua, ga sendirian, tapi barengan sama aku juga” Tambahnya.
Devina
Luvmelove's Author