Source: Instagram @ruby_wellnesss

Luvmelove.com – Perjalanan kreator TikTok “Ular Pada Zaman Dahulu” dari korban bullying hingga menjadi simbol self-love memberikan inspirasi bagi banyak perempuan. Dengan berani membagikan kisahnya, ia mengingatkan pentingnya mencintai diri sendiri dan menemukan kekuatan di balik luka.

Standar kecantikan sering menjadi tekanan yang sulit dihindari oleh perempuan. Media sosial kerap memperkuat narasi ini, menciptakan pandangan bahwa kecantikan harus sesuai dengan standar tertentu, seperti kulit cerah, tubuh langsing, atau wajah tanpa cela. Akibatnya, banyak perempuan merasa kurang percaya diri karena tidak memenuhi standar tersebut.

Namun, di tengah dominasi standar kecantikan yang seragam, sebuah akun TikTok bernama “Ular Pada Zaman Dahulu,” atau dikenal dengan nama @rubahweh, berhasil menarik perhatian publik. Melalui kontennya, sang kreator berbagi kisah perjalanan dari masa kelam akibat bullying hingga akhirnya menemukan kepercayaan diri dan belajar mencintai diri sendiri.

Dalam beberapa video, kreator ini membagikan pengalaman pahitnya sebagai korban bullying, baik secara verbal maupun fisik, yang dilakukan oleh teman sebaya hingga orang dewasa di sekitarnya. Kisah-kisah tersebut ia sampaikan dengan jujur dan inspiratif melalui platform TikTok, memberikan harapan bagi banyak orang yang mengalami situasi serupa.

“Aku itu pernah jalan kaki, terus orang tersebut melihatku hanya bagian belakang badanku. Biasanya ada orang yang manggil, hai cantik, mau kemana. Lalu, aku balik badan dan menghadap ke mereka. Mereka langsung bilang astaghfirullah, kirain cewe cantik. Aduhh dulu sih sakit hati tapi sekarang yaudah.” Ujar Rubby

Bullying yang dialaminya tidak hanya melukai fisiknya tetapi juga meninggalkan bekas mendalam pada emosinya, membuatnya tumbuh dengan rasa tidak percaya diri. Namun, alih-alih terus tenggelam dalam luka, kreator ini memilih bangkit dan menjadikan media sosial sebagai sarana untuk berbagi kisah hidupnya. Melalui TikTok, ia membuktikan bahwa kepercayaan diri dapat dibangun kembali, bahkan setelah bertahun-tahun merasa tidak cukup baik. Salah satu pesan utama yang ia sampaikan adalah pentingnya mencintai diri sendiri (self-love). Dalam salah satu videonya, ia menekankan bahwa kecantikan sejati tidak hanya berasal dari penampilan luar, tetapi juga dari rasa percaya diri dan penerimaan terhadap diri sendiri.

“Saranku kalian tuh harus buat cewek-cewek kalian tuh harus ngerasa kalau kalian tuh cantik begitu, kayak biarpun kata orang ya macam dugong gitu kan, ya udah kita ngerasa kalau kita tuh macam mermaid cantik emangnya. Intinya itu deh kalian tuh harus ngerasa kalau diri kalian itu istimewa diri kalian tuh cantik ya nggak peduli apa kata orang,” ujar kreator tersebut dengan nada optimis menjawab pertanyaan dari netizen di Tiktok.

Kepercayaan diri yang Ruby miliki mendapat respons positif dari banyak pengikutnya. Tidak sedikit perempuan yang merasa termotivasi untuk berhenti membandingkan diri mereka dengan standar kecantikan yang tidak realistis dan mulai mencintai diri sendiri.

“Gara-gara nonton kakak, aku jadi termotivasi untuk glow up dan belajar lebih percaya diri. Karna cantik doang kalo ga PD ternyata kurang banget guys, cahaya kita itu ada di pembawaan diri kita juga,” tulis akun Tiktok @Hameysa dalam konten @rubahweh

Di era media sosial, komentar positif dari warganet bisa menjadi dorongan besar bagi seseorang untuk bangkit. Namun, kita juga perlu waspada terhadap komentar negatif yang bisa merusak kepercayaan diri.

Melalui kisahnya, kreator ini tidak hanya menginspirasi banyak orang, tetapi juga mengajak kita untuk memikirkan ulang tentang standar kecantikan. Media sosial dapat menjadi tempat yang sehat bagi perempuan untuk saling mendukung dan menguatkan, tanpa menilai kecantikan hanya dari penampilan luar. Karena cantik itu bukan soal apa yang orang lihat, tapi bagaimana kita melihat diri kita sendiri.

Picture of Rachel

Rachel

Luvmelove's Editor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *